Jumat, 28 November 2008

Tongkat Sang Penghianat

TONGKAT SANG PENGHIANAT

Dua orang lelaki memasuki ruangf pengadilan dan berdiri di depan hakim. Orang yang satu bertubuh tinggi dan kekar. Wajahnya masih segar dan tampak muda. Usianya sekitar empat puluh tahun. Sedangkan yang satunya, seorang lelaki yang tampak tua renta. Punggungnya seperti sudah bongkok.

Dia berdiri dengan bertumpu pada tongkatnya.Lelaki muda berkata, " Wahai Tuan Hakim, aku memimjamkan sepuluh keping uang emas kepada sahabatku ini. Dia berjanji akan mengembalikannya jika keadaannya telah membaik. Setiap kali aku meminta, dia selalu menghibur dan mengelak."Sang hakim bertanya kepada orang tua itu, " apa yang kau katakan setelah mendengar perkataan temanmu itu?"Orang tua itu menjawab, " Kuakui, dia memang pernah meminjamiku sepuluh keping uang emas, tetapi sudah aku kembalikan, Tuanku."Hakim lalu berdiri dan berkata, " Apakah kau berani bersumpah di depan pengadilan bahwa kau telah mengembalikan sepuluh keping uang emas itu kepada temanmu?"Orang tua itu langsung menjawab dengan suara lantang, " Ya, aku berani, Tuan Hakim."Sang hakim berkata, " Baiklah, sekarang angkat tangan kananmu dan bersumpahlah!"Orang tua itu menoleh kepada lelaki muda yang ada di sampingnya dan meminta agar lelaki itu memegangkan tongkatnya sebentar. Dengan begitu, dia mengangkat tangan kanannya ketika bersumpah.

Orang tua itu pun mengangkat tangan kanannya dan berkata, " Aku bersumpah demi Allah bahwa aku telah mengembalikan sepuluh uang keping emas kepadanya."Taun hakimpun mengecam lelaki muda yang telah menuduh tidak baik kepada orang tua itu. Lelaki muda seketika itu meminta maaf kepada tuan hakim, mungkin dia telah lupa bahwa orang tua itu telah mengembalikannya.Orang tua itu mengfambil kembali tongkatnya, dia hendak pergi dengan bertumpu pada tongkatnya. Sebelum keduanya pergi meninggalkan pengadilan, tiba - tiba terlintas pemikiran yang mengejutkan dalam kepala tuan hakim.

Dia segera memanggil keduanya.Keduanya kembali menghadap tuan hakim.Lalu, tuan hakim bertanya kepada orang tua, ' Apakah kau biasa memakai tongkat, Pak tua?"Orang tua itu menjawab, " Kadang - kadang, Tuanku."Tuan hakim juga menanyakan hal yang sama kepada lelaki muda.Dia menjawab, "Tidak, Tuanku. Aku tidak pernah melihat sebelumnya dia memakai tongkat."Tuan hakim meminta orang tua itu menyerahkan tongkatnya. Hakim memegang tongkat itu dan memeriksanya dengan seksama. Tuan hakim merasakan tongkat itu agak berat. Hakim memegang lekukan di pangkal tongkat yang biasa dibuat pegangan dan mencoba memutarnya, ternyata bisa.Saat itu, wajahnya lelaki pemilk tongkat pucat pasi.

Lalu tuan hakim menariknya kuat - kuat, dan lepaslah lekukan itu. Ternyata, tongkat itu berlubang. lubangnya disumpal dengan menggunakan secarik kain. Tuan hakim menarik kain yang menyumpal lubang itu. Lalu, dia memiringkan tongkat itu; mengarahkan lubangnya kebawah. Seketika, terdengar suara gemerincing. Kepingan - kepingan uang emas berjatuhan di hadapan hadirin. Seketika, tubuh orang tua itu bergetar.Lalu, tuan hakim meminta agar lelaki muda memunguti kepingan - kepingan uang emas itu.

Setelah berkumpul semua, lelaki muda menghitung dan ternyata berjumlah sepuluh keping.Tuan hakim langsung berkata kepad orang tua itu, ' Hai, Orang tua busuk, kau kira kau bisa menipu lelaki ini dan mengelabui aku! aku sudah curtiga kepadamu sejak kau menyerahkan tongkat kepada temanmu sebelum bersumpah. Apakah kau kira sumpahmu benar?"kemudian, tuan hakim menoleh pada lelaki muda pemilik sepuluh keping emas itu seraya berkata kepadanya, " Orangtua ini licik dan pendusta.

Dia menyerahkan tongkat yang di dalamnya ada sepuluh keping emas kepadamu. Lalu, dia bersumpah telah menyerahkan emas itu kepadamu karena saat itu emasmu sedang berda dalam genggaman tanganmu. Sementara itu, kau tidak tau. Inilah tipu daya dia."Akhirnya, hakim menoleh kepada para perajurit pengadilan dan memberi perintah tegas, " Tangkap orang tua busuk ini dan masukkan dia ke dalam penjara sampai aku menemukan hukuman yang pantas untuk orang yang mempermainkan sumpah dan mengkhianati amanah.kemudian, lelaki muda itu keluar dari pengadilan dengan hati gembira. Dia seperti tidak percaya bahwa uang emasnya akan kembali. Orang - orang yang menghadiri persidangan itu terkagum - kagum oleh kecerdasan dan keadilan hakim yang telah mampu membuka rahasia yang tersimpan dalam tongkat orang tua yang berkhianat itu.

Tidak ada komentar: